BENIGN PROSTAT
HIPERPLASIA
Prostat terdiri dari    : 
Basis            :      leher buli-buli, apex diafragma
urogenetalia
Ukuran         :     
P : 4 – 6 cm       L : 3 – 4
cm     T : 2 – 3 cm
Urethra         :     
Poterior berjalan ditengahnya.
PATOFISIOLOGI
          Sejalan
dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam mempersempit saluran
uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Respon Bladder terhadap tahanan ini 
:
#  
Hiperiritable : urgency dan frekuensi
#  
Bladder mencoba kompensasi terhadap peningkatan beban kerja, otot
dinding buli-buli hypertropi
ETIOLOGI
#  
Sebab yang pasti belum diketahui
#  
Faktor yang berperan  :    
➢                          
Sifat Jaringan 
: Berasal dari sinus urogenital yang berpotensi proliferasi
➢
Hormonal  ( pubertas                      BPH     θ   )
                                                    Kastrasi
➢Usia
(balance hormonal berubah) 
Beberapa hypothesa  :
1. Dihidrotestosteron (DHT)  
                                                    proliferasi
sel prostat 
2. Inbalace estrogen  - 
testosteron
                                                                                   
menurun.
3.   Berkurangnya sel yang mati
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
#   Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.
#   Gejala obstruksi leher
buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah, intermitensi, terminal
dribbling, terasa ada sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak disertai gejala
pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.
Pemeriksaan fisik
#   Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi
nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari
obstruksi yang lama.
#   Distensi kandung kemih
F 
Inspeksi   :  
menonjol                retensi
urine
F 
Palpasi     : 
ballotement            retensi
urine
F 
Perkusi    
:  redup
     
COLOK DUBUR  
      Syarat      : 
buli-buli kosong / dikosongkan
     
Tujuan     :  Menentukan konsistensi  prostat
                         Menentukan besar
prostat
      Derajat   
I   :  berat       
s.d.   20   gr          
datar
                      II  
:  berat         20 – 40   gr
Pemeriksaan laborat 
# Urinalisis ( test glukosa,
protein, begin darah
dan PH )
  
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM
atau PUS.
Pemeriksaan uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa
dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli
Intra Vena Pyelografi ( IVP
)
# Indikasi       : disertai hematuria, gejala iritatif
menonjol disertai urolithiasis
# Tanda BPH : Impresi prostat,
hockey stick ureter 
DIAGNOS KEPERAWATAN
1.    Potensial injury dan potensial infeksi  s.d obstruksi perkemihan
       # Nyeri s.d obstruksi urinary
       # Dysfungsi sexual s.d obstrusi
perkemihan 
       # Kecemasan s.d obstruksi urinary
PERENCANAAN
Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari
pengobatan retensi
             Urine.
Intervensi:
# Non Pembedahan
➢ 
Prostatic massage
➢ 
Frekuensi coitus meningkat
➢ 
Masturbasi
2.   Menghindari
minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan diuretic mencegah
oven distensi kandung kemih akibat tonus otot detrussor menurun.
3. Menghindari
obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,        anti histamin, decongestan.
4.   Terapi medikamentosa pada BPH
a.   Fito Terapi
*   Hypoxis rosperi (rumput)
*   Serenoa repens (palem)
*   Curcubita pepo (waluh )
b.     
1). GOLONGAN SUPRESSOR ANDROGEN
·        
Inhibitor 5 alfa reduktase
·        
Anti androgen
·        
Analog LHRH
2). GOLONGAN
ALFA BLOKER
Prazosin,
Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
#     Pembedahan
       Indikasi pembedahan BPH          
·        
Retensi urine akut
·        
Retensi urine kronis
·        
Residual urine 
>  100 ml
·        
BPH dengan penyulit
·        
Terapi medikamentosa tak berhasil
·        
Flow metri obstruktif
  
#   Kontra indikasi
·        
IMA
·        
CVA akut
  
#   Tujuan  :
·        
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi
leher buli-buli
·        
Memperbaiki kualitas hidup
        Dilakukan bila pembesaran pada lobus
medial   
        Keuntungan   :
·        
Lebih aman pada klien yang mengalami resiko
tinggi pembedahan
·        
Tak perlu insisi pembedahan
·        
Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
         Kerugian       :
·        
Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
·        
Kemungkinan trauma urethra             strictura urethra 
2)     Retropubic atau extravesical prostatectomy
3)     Perianal prostatectomy
         #  
Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
         #  
Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
         #  
Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
4)     Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi
miskonsepsi tentang pembedahan dan memberikan informasi yang akurat pada
klien  
·        
Type pembedahan
·        
Jenis anesthesi     TUR –
P, general / spina anesthesi
·        
Cateter : folly cateter, CBJ
POST OPERATIF CARE
- TUR – P
 
·        
Setelah TUR – P klien dipasang tree way folley
cateter dengan retensi balon 30 – 40 ml. Kateter di tarik untuk membantu
hemostasis
·        
Intruksikan klien untuk tidak mencoba
mengosongkan bladder Otot bladder kontraksi             nyeri
spasme
·        

CBI (Continuous Bladder Irigation)
dengan normal salin          mencegah
obstruksi atau komplikasi lain CBI – P. Folley cateter diangkat 2 – 3 hari
berikutnya
·        
Ketika kateter diangkat timbul keluhan
: frekuency, dribbling, kebocoran                      normal
·        
Post TUR – P : urine bercampur bekuan
darah, tissue debris meningkat intake cairan minimal 3000 ml / hari            membantu menurunkan disuria dan
menjaga urine tetap jernih.
b.   
OPEN PROSTATECTOMY
·        
Resiko post operative bleeding pada 24
jam pertama oleh karena bladder spsme atau pergerakan
Monitor
out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
·        
Vetropubic prostatectomy
·        
Suprapubic prostatectomy
=
Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
= Setelah kateter diangkat, kateter
supra pubic di clamp dan klien disuruh miksi dan dicek residual urine, jika
residual urine ± 75 ml, kateter diangkat
EVALUASI
Kreteria yang diharapkan terhadap
diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi urinari adalah  :
1).   Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau
komplikasi yang permanen
2).   Tidak mengalami tekanan atau nyeri
berkepanjangan
3).   Mengungkapkan penurunan atau tak adanya
kecemasan tentang retensio urine.
4).   Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali
sebagaimana sebelumnya.
KASUS
            Tn.
X. usia 56 tahun, datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing,
disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa
ada sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.
- Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?
 - Keluhan / gejala apa yang mendukung ?
 - Pemeriksaan apa yang diperlukan ?
 - Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?
 - Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?
 - Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?
 
PENYULIT BPH
BPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA
SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN DAPAT BERAKIBAT : 
- MENURUNNYA KUALITAS HIDUP
 - INFEKSI SALURAN KENCING
 - TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI
 - HEMORROID
 - RETENSIO URINE
 - GANGGUAN FUNGSI GINJAL
 - HIDRONEFROID
 - HEMATURIA
 
Watchful Waiting
Indikasi        :  
BPH dengan IPPS Ringan
                           Baseline data normal
                           Flowmetri non obstruksi
Follow – up :   Tiap 3 – 6 bulan
INDIKASI PEMBEDAHAN BPH
➢ 
Retensi urin akut
➢ 
Retensi urin kronis
➢ 
Residual urine > 100 ml
➢ 
BPH dengan penyulit
➢ 
Terapi medika mentosa tidak berhasil
➢ 
Flowmetri obstruktif
KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
➢ 
Infark Miokard Akut
➢ 
CVA Akut
PEMBEDAHAN BPH
# TUR PROSTAT                   : 90    -  
95   %
# OPEN PROSTATECTOMY :   5   
-   10   %
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 
-  1  % KAUSA 
:  Infark Miokatd
Septikemia
dengan Syok
Perdarahan
Massive
Kepuasan Klien  :  66 –
95  %
PROSES MIKSI
            FASE
PENGISIAN   
                        Pves   :       
<  20 cm H2O
            Pup    :  
60 – 100 cm H2O
FASE EKSPULSI :
ISI BLADER 200 – 300
ml
Mulai terangsang
ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 -
4
Tonus Bladder 60 –
120 cm H2O (ingin kencing)
Up membuka, sp. Eks
masih menutup
Kontraksi Detrusor
meningkat
Hipertropi
P
Ves > P up                   P Ves <
P up
Fase Kompensata                    Fase Decompensata
Kualitas miksi masih
baik                   Retensio Urine