Selasa, 03 Juli 2012

Landasan Teori & Askep Retinoblastoma


LANDASAN TEORI
RETINOBLASTOMA


A.     Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981)

B.     Insiden
1.      Kelainan ini umumnya bersifat kongenital walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih lanjut (40 tahun)
2.      Diturunkan secara dominan autosom (bila menegani kedua mata), dan bersifat    mutasi somatik (bila mengenai satu mata)
3.      Ditemukan 1 diantara 30.000 kelahiran
4.      Perbandingan laki-laki dan perempuan insidennya sama
5.      Tidak terdapat predileksi ras

C.     Patofisiologi
Secara histopatologik retinoblastoma terdiri atas sel-sel kecil berbentuk bulat dengan nukleus besar yang hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit. Gambaran mitosis mungkin lebih banyak ataupun sedikit. Kadang-kadang ditemukan daerah nekrosis dan deposit kalsium. Gambaran khas mata retinoblastoma adalah adanya rosette yaitu gambaran yang terdiri atas susunan sel kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan  nukleus yang terletak di daerah basal (Ilyas S. dkk, 1981).

Diagram patofisiologi retinoblastoma.
Neuroretina




Mitosis pada daerah nekrosis dan deposit kalsium
Gejala Subyektif :
1.        Leukokoria
2.        strabismus
3.        glaukoma
4.        mata sering merah atau penglihatan yang menurun pada anak-anak

 
 






Retinoblastoma
(Sel kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus yang terletak didaerah basal)

Dampak psikologis :
  1. Ansietas
  2. Rendah diri
  3. Risiko inefektif penatalaksanaan regimen terapi
  4. Hospitalisasi
Dampak fisik
  1. Perubahan persepsi sensori (melihat)
  2. Resiko cedera
  3. Perubahan gambaran tubuh
  4. Nyeri pada mata


Penatalaksanaan :
1.          Penyinaran supervoltage (membunnuh sisa-sisa tumor)
2.          Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
3.          Koagulasi ringan
4.          Kemoterapi (metastase ke jaringan tubuh lainnya)
5.          Pembedahan (enukleasi ialah bedah pengangkatan bola mata). Setalh bola mata dikeluarkan, otot mata dijahit pada bola plastik yang dimasukkan dalam rongga mata, dan alat penyesuai sementara dimasukkan untuk mempertahankan bentuk alami rongga mata. Antara 2 dan 6 minggu setelah operasi, prostesisi mata daapt dibuat untuk klien untuk dipasang.  Eksentrasi orbita ( eksistensi ke jaringan orbita) dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periost).

Preoperasi ::
  1. Ansietas
  2. Takut

Postoperasi :
  1. Perubahan persepsi sensori (melihat
  2. Resiko cedera
  3. Perubahan gambaran tubuh
  4. Nyeri pada mata
  5. Perubahan interaksi sosial
  6. Berduka

7.      Gambaran klinis  (Ilyas S. dkk, 1981)
a.         Gejala subyektif
Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini dapat disurigai bila ditemukan adanya leukokoria (Refleks putih pada pupil dan dapat disebabkan karena kelainan pada retina, badan kaca, dan lensa), strabismus, glaukoma (suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh peninggian tekanan intraokluler, pengguangan dan degenerasi papil saraf optik serta defek lapang pandangan yang khas), mata sering merah atau penglihatan yang menurun pada anak-anak
b.         Gejala obyektif
         1.               Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
         2.               Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
         3.               Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua mata.
         4.               Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
         5.               Mungkin  juga ditemukan adanya mikroneurisma atau teleangiektasi.
         6.               Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.

8.      Pengobatan
a.         Penyinaran supervoltage
b.         Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
c.         Koagulasi ringan
d.         Kemoterapi
e.         Pembedahan.

9. Komplikasi
Adanya metaatase ke :
a.       Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b.      Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c.       Pembuluh emisari/tumor menjalar ke posterior orbita.
10. Prognosa
a.       Tumor ditemukan dalam keadaan dini, unilateral dan diaobati secepat mungkin, 90% hidup.
b.       Buruk, jika menjlar ke saraf optik dan sistemik.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN (RETINOBLASTOMA)

I.           PENGKAJIAN
  1. Identitas
Kelainan ini umumnya bersifat kongenital walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih lanjut (40 tahun). Diturunkan secara dominan autosom (bila menegani kedua mata), dan bersifat    mutasi somatik (bila mengenai satu mata)
  1. Keluhan Utama
Massa/tumor pada mata
  1. Riwayat Penyakit :
  1. Riwayat penyakit sekarang
P : Adanya massa pada mata kanan/kiri
Q : Massa bertambah besar
R : Pada kedua mata/ satu sisi
S : kondisi tersebut berdampak mata merah, cekot-cekot, mata juling dan penglihatan menurun
T : dirasakan sejak anak/kelainan sejak lahir
  1. Riwayat penyakit masa lalu
-
  1. Riwayat keluarga
adanya penyakit keturunan (Autosal Dominan)

  1. Dampak psikososial
Klien kuatir dengan keadaan penyakitnya, sehingga mengganggu penampilan dirnya yang berdampak pada perubahan interaksi karena merasa rendah diri (konsep diri).

  1. Pemeriksaan fisik
Status lokalis
                1.        Glukoma, strabismus dan leukokorea
                2.        Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
                3.        Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
                4.        Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua mata.
                5.        Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
                6.        Mungkin  juga ditemukan adanya mikroneurisma atau teleangiektasi.
                7.        Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.

  1. Diagnosa keperawatan
a.      Preoperasi
1.      Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma yang berasal dari neuroretina.
2.      Ansietas yang berhubungan dengan ancaman  kehilangan penglihatan
3.      Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
4.      Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
5.      Takut berhubungan dengan pemcedahan yang akan dijalani
b.      Post operasi
1.      Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
2.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
3.      Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
4.      Berduka berhubungan dengan kehilangan mata
5.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan
6.              Perubahan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan citra tubuh danb perubahan penglihatan.

II. PERENCANAAN
Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma yang berasal dari neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat menggunakan kekuatan panca indera keenam.
Kriteria :
- Klien mengerti dan mau menerima keberadaan penyakitnya.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang diperlukan sehari-hari baik aktif maupun pasif
  - Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan kondisi penyakitnya baik medis dan perawatan
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Orientasikan klien pada lingkungannya
Orientasi dapat memberikan ingatan atau memori pad aotak sehingga bisa membawa perasaanbpada tempatnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya
Pengetahuan dan pengalaman akan menambah wawasan dan fungsi kerja sama dalam tindakan.
Hindari pergerakan yang mendadak, meng-
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah
Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf retina yang  terlepas  .
Ajarkan klien dan stimulasi klien dalam menggunakan panca indera ke enam
Panca indera ke enam merupakan kepekaan dalam menggunakan feeling dalam berbuat dan bertindak.
Jelaskan beberapa alternatif tindkan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan   penyakitnya seperti pembedahan. Kemoterapi dan lainnya.
Pem,bedahan, kemoterapi, merupakan salah satu dari beberapa tindakan

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman  kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).

Rencana Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
Berikan kenyaman dan ketentraman hati
Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.
Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan.
Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.


Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
Tujuan :
Konsep diri klien mengarah ke positif (adaftif)
Kriteria :
1.  Konsep diri yang diekspresikan klien nonverbal dan verbal yang konstruktif
2.  Reaksi terhadap perubahan gaya hidup ke arah positif
3.  Klien mau menerima keadaannya dan pasrah
INTERVENSI
RASIONAL
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
Interaksi yang mencobat meningkatkan konsep diri dimulai dengan mengkaji tentang apa yang dirasakan klien tentang penyakit dan pembedahan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi tingkat mekanisme koping yang dimiliki
Hal ini membantu klien untuk mengubah fokus dari perubahan penampila ke semua aspek yang positif yang menunjang konsep diri.
Berikan support sistem (keluarga, teman dekat dan lainlain)
Mempertahankan kotrak sosial kekuatan moral klien dalam mengahdapi masalahnya.
Ajarkan klien untuk beradaptasi terhadap perubahan penampilannya.
Meminimalkan perubahan yang ada ke arah konstruktif.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
Tujuan :
 Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
-     Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata laksanaan program terapeutik yg efektif.
Agar diketahui penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri.
Agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif.
Agar klien mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran ser-tanya dalam pengobatan/ perawatan diri-nya.
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan/perawatan,efek sam-ping prognosis penyakitnya.
Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan & perlakuan yang tidak menyenangkan.

Takut berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani
Tujuan :
Klien tidak takut dalam menjalani operasinya
Kriteria :
-         Klien akan mengekspesikan kekawatirannya mengenai operasi yang akan dijalani selama dialog (banyak informasi yang dicari klien)
-         Klien mau dan bekerja sama dalam tindakan operasi setelah mengerti ntentang prosedur pembedahan , risiko serta manfaatnya.
-         Klien tenang dan tidak gelisah
-         Tensi 130/80 mmHg, nadi normal (60-80 menit/detik)
INTERVENSI
RASIONAL
Ciptakan suasana lingkungan yang kondusif dan saling percaya
Mengungkapkan perasaan dan kekawatiran meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu klien dalam mengidentifikasi masalah.
Dengarkan dengan aktif dan validasi ketakutan klien
Validasi memberi keyakinan meningkatkanharga diri dan membantu mengurangi ansietas.
Sajikan informasi dengan menggunakan metode model anatami atau contoh protesis
Stimulasi simultan berbagai indera meningkatkan proses belajar mengajar.
Diskusikan tentang perawatan preoperatif (premedikasi, sedasi, infus cairan )
Infromasi tentang apa yang akan dihadapi dapat mengurangi kecemasan, sehingga memungkinkan klien mau berpartisipasi
jelaskan aktivitas yang diperbolehkan setelah operasi (berbaring, ambulasi, latihan nafas dalam)
Informasi dapat meningkatkan kepatuhan dan memfasilitasi proses perencanaan pulang.

c.   Post operasi
Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
-         lokasi nyeri minimal
-         keparahan nyeri berskala 0
-         Indikator nyeri verbal dan noverbal  (tidak menyeringai)

INTERVENSI
RASIONAL
Identifikasi klien dlam membantu menghilangkan rasa nyerinya
Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
Terapi analgetik
Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan  peredam nyeri.


Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
Tujuan :
Infeksi tak terjadi
Kriteria :
Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan :
-         kemirahan periorbital
-         drainase baik
-         suhu dalam batas normal
-         nila laboratorium Sel Darah Putih  normal
INTERVENSI
RASIONAL
Tingkatkan Penyembuhan luka :
-         diit seimbang
-         menjaga kebersihan luka
Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum. Mempercepat kesemubuhan luka.
Tindakan untuk mencegah regangan pad ajahitan
Regangan pad ajahitan dapat menimbulkan gangguan, emmbuat jalan masuk mikroorganisme.
Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik
Teknik aseptik menimimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.
Terapi antibiotika
Anti kuman atau babteri berspektrum luas.

Daftar Pustaka


Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC
                          (2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8.  Jakarta : EGC
Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Jakarta.
Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar