Jumat, 25 Januari 2013

Standar Asuhan Keperawatan Dengan Ca Buli (Tumor Sel Tradisional Kandung Kemih)



STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN CA BULI



A.  PENGERTIAN
Ca Buli merupakan sel tradisional ( yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel _ sel tradisional kandung kemih.
Dinding kandung kemih dilapisi oleh sel tradisional dan sel skuamosa lebih dari 90 % kanker kandung kemih berasal dari sel tradisional dan disebut sel transisional, sisanya adalah karsioma sel skuamosa.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa factor resiko.
  1. Usia : resiko terjadi kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertumbuhan usia.
  2. Merokok : merupakan factor resiko yang utama.
  3. Lingkungan pekerjaan.
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena ditempat kerjanya ditemukan bahan – bahan karsinogenik ( penyebab kanker ). Misal : pekerja industri karet, kimia, kit.
-          Infeksi : infeksi parasit
-          Pemakaian siklofoskimia / arsenic untuk mengobati kanker
-          Ras : orang kulit putih memiliki 2 kali resiko besar
-          Pria : memiliki resiko 2 – 3 kali lebih besar
-          Riwayat keluarga.




C.  MANIFESTASI KLINIK
- Hematuria : adanya darah dalam air kemih
- Rasa terbakar / rasa nyeri ketika berkemih
- Desakan untuk berkemih
- Sering berkemih.

D.  PATOFISIOLOGI
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien berusia diatas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki – laki dari pada wanita. Ada 2 bentuk kanker kanker kandung kemih yaitu bentuk superficial ( yang cenderung kambuh ) dan bentu infasif.
Sekitar 80% - 90% dan semua kanker kandung kemih merupakan sel tradisional, yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel – sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Faktor resiko untuk kanker kandung kemih mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet bahan kulit, tinta, cat, faktor resiko lainnya adalah infeksi bakteri kambuhan / kronis pada saluran kemih 2 kali lebih banyak menyarang perokok dari pada yang bukan perokok.
Disamping itu terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dan kanker kandung kemih. Skistosomiosis kronis ( infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih ) factor resiko kanker yang tumbuh dari kelenjar prostate, kolon serta rectum pada laki – laki dan dari traktus ginekologis bawah pada wanita dapat bermetastasis ke kandung kemih.

E.  KOMPLIKASI
Komplikasi pembedahan meliputi peradaran dan infeksi efek samping dari radiasi dapat menimbulkan strikture pada ureter, uretra / kolon.komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.



F.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan Urografi / IVP
- Pemindai CT
- Ultrasonografi ( USG )
- Sistoskopi
- Pemeriksaan bimanual dengan pembiusan
- Biopsi tumor dan mukosa
- Sitologi urine : untuk melihat adanya sel kanker

G.  PENATALAKSANAAN
- Istirahat tirah baring sampai hematuri makroskopik hilang.
- Minum banyak untuk meningkatkan diuresis. Bila penderita dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada repture buli – buli.
- Bila hematuri berat dan menetap sampai 5 – 6 hari pasca trauma, buat sistegram untuk mencari penyabab lain.
- Obat – obatan
Anti biotic : Ampisilin 4 x 250 – 500 mg / hari per oral
Hemastotik : Adona AC – 17 per oral
- Kemoterapi
Dengan menggunakan kombinasi metotreksat, doxorubisin cisplatin 9 M – VAC ) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi percid Karsioma sel tradisional kandung kemih pada penderita
- Kemoterapi Topikal
Pemberian madikasi dengan konsentrasi yang tinggi ( thiotepa, doxorubisin, mitomisin untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
- Radiasi tumor
Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel – sel tumor sehingga kemungkinan kambuhnya kanker tersebut di daerah sekitarnya.
- Sistektomi sederhana 9 pengangkatan kandung kemih dilakukan pada kanker kandung kemih yang invesif / multifokal.
H.  ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 a. Aktifitas / Istirahat
- Gejala : merasa kesulitan aktifitas karena nyeri dan ketegangan otot dinding perut bawah
- Tanda : gangguan tanus otot dinding perut bawah
b. Sirkulasi
- Gejala : adanya faktur tulang punggung dapat menimbulkan kontusia.
- Tanda : memar pada dinding buli – buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin
c. Integritas Ego
- Gejala : stress
- Tanda : ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
- Gejala : perubahan pola berkemih ( distensi kandung kemih berlelah )
- Tanda : hematuria, poliuria.
e. Makan / Cairan
- Gejala : hilang nafsu makan
- Tanda : distensi abdomen
f. Neurosensori
- Gejala : sakit / nyeri pada kandung kemih
g. Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : abdomen yang tegang nyeri
- Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati
h. Pernafasan
- Gejala : merokok ( factor resiko )
i. Keamanan
- Gejala : > Motorik / sensorik
 > Perubahan, persepsi terhadap orientasi
j. Sexsualitas
- Gejala : Rabas vaginal ( cenderung infeksi )
k. Penyuluhan / pembelajaran
- Gejala : mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja seperti bahan pengawet, pewarna, karet  pewarna kulit, kebiasaan merokok dan minum kopi.

2.  Diagnosa keperawatan
1. Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit B/d pembiakan saluran              luar Abdominal untuk urine.
2. Resiko infeksi B/d pembedahan untuk eliminasi urine
3. Kurang pengetahuan B/d kemoterapi dan imunoterapi
4. Gangguan citra TBH b/d di versi urinorius

   Intervensi
  1. Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit b/d pembuatan saluran luar abdominal untuk urine.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam dengan
KH      : berpartisipasi dalam aktifitas yang b/d perawatan cistostomi.
Intervensi
- Pasang alat cistostomi dc yang tepat ukuran
R : Mencegah iritasi pada kulit daerah sekitar cistostomi
- Bantu pasien melakukan perawatan cistostomi secara mandiri
R : Mengembangkan teknik yang benar
- Pantau proses penyembuhan luka insisi pada sistotomi
R : mengembangkan intervensi diri terhadap kemungkinan komplikasi.
- Anjurkan k/ mengunjungi seseorang yang telah mengalami sistotomi.
R : Menurunkan ansietas dan ketakutan terhadap kemampuan beradaptasi.
.
2.   Resiko infaksi b/d pembadahan untuk eliminasi urine.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan               dengan
KH      : Tidak ada infeksi pada saluran kemih
Intervensi
-    Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan
R : Mencegah tranmisi organisme
- Pertahankan intake cairan adekuat
R : Meningkatkan aliran urine
- Ajarkan klien mencuci tangan
R : Memberikan informasi tentang personal hygiene
- Ajarkan klien tentang gejala dan tanda infeksi serta anjurkan untuk melaporkannya.
R : Memberikan info untuk meningkatkan kepatuhan.
- Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan kantong untuk mencegah refluks.
R : Dapat mencegah infeksi
3.   Kurang pengetahuan b/d kemoterapi dan imunoterapi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan :
KH      : K/ mengungkapkan jadwal pengobatan dan tujuannya
Intervensi
-    Ajarkan klien dan keluarga prosedur dan tujuan terapi.
R : Meningkatkan pemahaman dan meneruskan ansietas
- Gunakan teknik steril dalam kateterisasi
R : Mencegah infeksi
- Instruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa jam.
R : memberikan kontak yang besar dari obat dengan permukaan kandung kemih
- Instruksikan klien untuk toileting dengan hati – hati.
R : Mencegah pada kemoterapi dan imunoterapi yang dikeluarkan melalui urine.
4.  Gangguan citra tubuh b/d diversi urinarius
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam Diharapkan
KH      : Citra diri meningkat, terpelihara dan terjaga.
Intervensi
- Anjurkan k/ untuk mengungkapkan perasaan mengenai ostomi Ca kandung kemih dan dampak yang diharapkan pada gaya hidup.
R : Meningkatkan integritasi dari perubahan kedalam gaya tbh.
- Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius dan efeknya, identitas sexsual, hubungan dan citra diri.
R : sebagai data untuk merumuskan rencana askep.
- Bantu untuk memisahkan penampilan fisik dan perasaan kesehatan.
R : Meningkatkan citra diri
- Beri kesempatan untuk berduka atas kehilangan
   R : memberi waktu untuk mengatasi kehilangan  
- Ijinkan klien untuk ventilasi emosi seperti marah dan rasa bersalah
R : Meningkatkan keeping
- Pantau apakah klien dapat melihat astominya
R : Ketidak mampuan memandang astominya mengindikasikan kesulitan.



















DAFTAR PUSTAKA

-          Barbara Engram.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG
-          Doengoes. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : ECG
-          Palce. 1995. Patofisiologi Proses – Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : ECG
           































Tidak ada komentar:

Posting Komentar