BRONCKIOLITIS
A. Batasan
Bronckiolitis adalah suatu
penyakit pernafasan yang umumnya terjadi akut dan ditandai oleh terjadinya
“respiratory distress” dan “over distensi” paru akibat terjadinya obstruksi
bronchioli yang luas.
Penyakit ini biasanya
menyerang anak-anak dibawah usia 2 tahun, terutama sekitar usia 2-6 bulan.
B. Etiologi
Penyebab
terbanyak diduga karena virus, terutama respiratory syncytial virus (RSV),
yaitu sekitar 60-70%. Virus lain yang dapat menyebabkan bronchiolitis yaitu
adenovirus, influenza dan parainfluenza virus, rhinovirus, herpes virus,
enterovirus dan lain-lain. Kemungkinan penyebab primer selain virus masih
diragukan.
C. Patofisiologi
Infeksi oleh virus
berturut-turut menyebabkan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut bagian
atas (ISPA-A) dengan gejala coryza dan batuk, kemudian setelah menimbulkan
kelainan yang ringan pada bronchus akhirnya menyebabkan infeksi pada
bronchioli. Kelainan terjadi diduga disebabkan oleh peristiwa alergi (reaksi
antigen-antibodi dengan RSV sebagai antigen) disamping oleh karena infeksi
virus sendiri. Kelainan terjadi sering bersifat ringan atau berat. Pada
kelainan yang ringan hanya terjadi oedema, infiltrasi sel, dan eksudai yang
ringan yang pada umunya hanya
mengakibatkan obstruksi partikel terbatas.
Pada kelainan berat,
disamping pada kelainan diatas terjadi pula nekrosis mukosa yang mengakibatkan
lebih banyak obstruksi total yang meliputi
daerah yang lebih luas. Disamping itu nekrosa yang terjadi mengakibatkan
pula daya tahan lokat saluran pernafasan menurun yang selanjutnya sangat
memudahkan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang selanjutnya lagi
mengakibatkan pembentukkan sekresi yang meningkat.
Berbagai kelainan ini
akhirnya dapat mengakibatkan hipoksmia tanpa ataunpun dengan hiperkarbia.
Apabila tidak terjadi perbaikkan maka anak akan jatuh kedalam kegagalan
pernafasan.
D. Gejala
Klinik
1.
Gejala Awal
Gejala
dari ISPA-A: bersin-bersin dengan sekret hidung yang jernih, demam ringan,
rewel dan nafsu menurun.
2.
Gejala respiratory distress
Anak-anak
tiba-tiba menjadi sangat sesak dengan batuk yang iritatif, repetitive,
paroksismal, disertai anak yang rewel, sulit tidur, sulit makan dan minum,
gelisah seperti ketakutan.
3.
Gejala perbaikkan
Setelah
massa kristis terlampaui, maka berangsur-angsur gejala berkurang menuju kearah
penyembuhan.
E. Gejala
Fisik
Pada pemeriksaan fisik anak
kelihatan sesak dengan nafas cuping hidung, gelisah, tampak sianosis dan pucat.
Pada usia yang sangat muda, tidak jarang terjadi serangan-serangan apnoe.
Disamping itu terdapat retraksi dinding toraks yang hebat, disertai overdistensi
toraks (barrel shaped). Pada inspirasi terdengar ronchi basah yang halus dan
nyaring, dan pada ekspirasi terdengar ‘wheezing’ dan suara nafas memanjang.
Toraks pada perkusi terdengar hipersonor. Diameter antero-posteor bertambah.
Diagfragma menjadi rendah dan mendorong hepar serta lien hingga lebih mudah
diraba. Redup jantung dan hepar mengecil.
F. Diagnosis
Diagnosis bronkhiolitis
dapat ditegakkan berdasarkan:
1.
Gejala Klinik
2.
Gejala Fisik
3.
Gajala laboratorium
Tidak
ada yang spefisik. Jumlah leokosit biasanya normal atau sedikit meningkat.
Tidak terdapat neutropenia seperti pemyakit virus lainnya.
4.
Hasil pemeriksaan radiologis
Sebaiknya
dikerjakan foto lateral, disamping foto antero-posterior. Dari hasil
pemeriksaan radiologis dapat dilihat: diameter antero-posterior thoraks
melebar, diagfragma menurun, serta adanya bayangan udara didepan jantung.
Kadang-kadang dapat juga terlihat gambaran atelektasis, kolaps lobuler, infiltrat
dan garis-garis linier dari bronchioli yang melebar.
5.
Lain-lain
Pemeriksaan
lain seperti pemeriksaan terhadap RSV sulit, karena itu umunya tidak dilakukan
pada pemeriksaan rutin. Pemeriksaan virus dapat dilakukan dengan teknik
imnofluoresensi kalau mungkin perlu dilakukan pemeriksaan gas darah PaO2 dan
PaCO2
untuk
mengevaluasi beratnya keadaan.
G. Diagnosis
Banding
1.
Asma Bronkhiale
Biasanya
pada anak yang lebih besar. Bila terjadi pada anak dibawah 2 tahun, untuk
membedakannya sulit. Pada amnesis keluarga sering dapat ditemukan adanya
penyakit alergi seperti asma atau penyakit atopic lainnya. Disamping itu asma
lebih sering berulang, sering mulai lebih akut, ekspirasi sangat memanjang dan
terdapat adanya eosinofilia. Reaksi terhadap epinefrin dan bronkhodilatator
umumnya nyata.
2.
Brokhoneumonia
Seing
sulit. Anak lebih tampak toksis dengan demam tinggi dan lekositosis. Pada perkusi
dijumpai gejala konsolidasi.
PENYULIT
1. Gejala
gagal pernafasan dengan gejala anak: anak lemas, respon terhadap rangsangan
tidak ada, “mottling” pada ekstreminitas, nadi cepat dan lemah, kadang-kadang
terdapat bradikardia, tejadi pada 1-2% penderita.
2. Dehidrasi,
yang disebabkan oleh intake cairan yang kurang, kehilangan cairan yang
meningkat akibat hiperventilasi dan demam.
3. Infeksi
sekunder oleh bakteri: otitis media, pneumonia. Pada penyulit pneumonia, demam
semakin tinggi, terjadi lekositosis, dan gambaran radiologis memburuk.
H. Pengobatan
1.
Bronchiolitis ringan
Gejala:
terdapat “wheezing” tanpa pernafasan cepat (kurang dari 50 kali permenit),
tidak terdapat sianosis dan anak masih dapat minum. Dalam hal ini anak tidak
perlu dirawat, tidak perlu diberi antibotika. Sarankan anak terus di beri ASI,
cukup minum dan makan, cepat kembali bila keadaan memburuk. Dapat di beri
salbutamol per oral bila anak berusia lebih dari 1 tahun dengan dosis 1 mg, 3 kali sehari.
2.
Bronchiolitis sedang
Gejala:
terdapat ‘wheezing’, pernafasan cepat (antara 50-70 kali/ menit), tidak
terdapat sianosis dan anak masih dapat minum. Berikan antibiotika palang
sedikit untuk 5 hari.
Antibiotika
yang dapat diberikan, salah satu dari:
-
Procain penicillin : 50.000 unit/kg.bb.,i.m., 1X sehari
-
Amoksilin :
15 mg/kg.bb.,i.m., oral tiap 6 jam
-
Ampisilin :
25 mg/kg.bb.,i.m., oral tiap 6 jam
-
Cotrimoxazole :
4 mg (TMP)/kg.bb., oral tiap 12 jam
3.
Bronchiolitis berat
Gejala
terdapat: “wheezing” dengan pernafasan sangat cepat (lebih dari 70 kali/menit),
tidak terdapat sianosis dan anak masih dapat minum. Pada keadaan ini anak harus
dirawat, jalan nafas dijaga agar tetap bebas, berikan oksigen dengan kecepatan
1 liter/menit.
Berikan
benzylpenicillin dengan dosis 50.000 unit/kg.b.,i.m.,tiap 6 jam.
4.
Bronchiolitis sangat berat
Gejala:
terdapat ‘wheezing’ dan sianosis, atau anak tidak dapat minum. Anak harus
dirawat di rumah sakit, bersihkan jalan nafas dengan hati-hati. Bila perlu beri
oksigen dengan kecepatan 1 liter/menit. Berikan chloramfenikol 25
mg/kg.bb.,i.m., tiap 6 jam, dan salbutamol bila anak berusia lebih dari 12
bulan, per oral dengan dosis 1 mg., kali
sehari atau dengan nebulizer dengan dosis 0,1 mg/dosis tiap 4 jam.
Tidak
dianjurkan memberikan cairan intra vena kecuali jika anak jah kedalam syok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar