DOKUMENTASI KEBIDANAN
PERSALAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
A. PERINSIP DASAR
- Ketuban dinyatakan pecah dini apabila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
- Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis.
- Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
- Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan. (Sarwono Prawiraharjo, 2001).
B. PENGERTIAN KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini atau Spontaneous / Early-Premature Rupture Of The
Membrane (prom) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara < 5 cm. bila periode laten
terlalu pajang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat
meninggikan angka kematian ibu dan anak.
- Selaput janin dapat robek dalam kehamilan:
a.
Spontan karena selaputnya lemah atau kurang terlindung
karena cervix terbuka (cervix yang inkompelent).
b.
Karena trauma, karena jatuh, coitus atau alat-alat.
c.
Insiden menurut Eastman kira-kira 12% dari semua
kehamilan.
- Gejala
a.
Air ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih kecil
dari sesuai dengan tuanya kehamilan konsistensinya lebih keras.
b.
Biasanya terjadi persalinan
c.
Cairan: hydroohoea amniotica
C. PATOGENESIS
- Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.
- Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
- Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)
- Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi, disproporsi, cervik incompeten dll.
- Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
C.1. Cara menentukan ketuban pecah dini
a.
Adanya cairan
berisi mekoneum, verniks koseso, rambut lanugo dan kadang kala berbau kalau
sudah infeksi
b.
Inspekula : lihat dan perhatikan apakah memang air
ketuban keluar dari kanalis serisis dan bagian yang sudah pecah.
c.
Lakus (litmus)
-
jadi biru (basa)……….air kertuban
-
jadi merah (asam)……….air kemih (urine)
d.
Pemeriksaan pH forniks posterior pada prom [H adalah
basis (air ketuban)
e.
Pemeriksaan hispatologi air (Ketuban)
f.
Abozination dan sitologi air ketuban. (TAILOR)
C.2. Pengaruh
PROM (KPD)
a)
Pengaruh terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterine lebih duluan terjadi (amnionitis,Vakulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan jadi akan meninggikan mortalitas dan
morbiditas perinatal.
b)
Pengaruh terhadap
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai
1.
Infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering di
periksa dalam
2.
Infeksi peurperalis (nifas)
3.
Peroitonitis dan septikemi.
4.
Dry-labor
Ibu akan jadi lelah, lelah terbaring di tempat tidur, partus akan jadi
lama, maka suhu badan naik, nadi cepat, dan nampak gejala-gejala infeksi. Jadi
akan meninggikan angka kematian dan angka mobilitas pada ibu.
( PROF. DR. RUSTAM MOCHTAR, MPH )
C.3. Penilaian Klinik
1.
Tentukan pecahnya selaput ketuban. Di tentukan dengan
adanya cairan ketuban dari vagina, jika
tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan test lakmus (mitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam
menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
2.
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG
3.
Tentukan ada tidaknya infeksi :suhu ibu lebih besar
atau sama dengan 38oC, air ketuban yang keluar dan berbau, janin mengalami
takhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine
4.
tentukan tanda-tanda inpartu: kontraksi teratur,
periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (erminasi
kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik.
(ACUAN PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL)
D. PENANGANAN
1.
Kalau kehamilan sudah aterm dilakukan induksi
2.
Kalau anak premature
diusahakan supaya kehamilan dapat berlangsung terus, misalnya dengan
istirahat dan pemberian progesteron.
3.
Kalau kehamilan masih sangat muda (dibawah 28 minggu) dilakukan
induksi
4.
Mempertahankan kehamilan supaya bayi lahir (berlangsung
+/- 72 jam)
5.
Pantau keadaan umum itu, tanda vital dan distress
janin/kelainan lainnya pada ibu dan pada janin
6.
Observasi ibu terhadap infeksi khorioamnionitis sampai
sepsis
7.
KIM terhadap ibu dan keluarga, sehingga dapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin ditambah dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.
8.
Bila tidak terjadi his spontan dalam 24 jam atau
terjadi komplikasi lainnya, rujuk ibu segera ke fasilitas yang lebih tinggi.
(OBSTETRI
PATOLOGI UNPAD)
E. KOSERVATIF
1.
Rawat di rumah sakit
2.
Berikan antibiotic (ampisilin 4x500 mg dan metronidazol
2x500 mg selama 7 hari).
3.
Jika umur kehamilan kurang dari 32-34 minggu, dirawat
selama air kertuban tidak keluar lagi .
4.
Jika usia kehamilan 32-7 minggu belum importu, tidak
ada infeksi, tes busa negatif, beri deksametason, obserfasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah importu, tidak
ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksometason dan induksi sesudah
24 jam
6.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotic dan lakukan induksi
7.
Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, tanda-tanda infeksi
intrauteri )
8.
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memacu kematangan paru janin, dan lakukan kemungkinan kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu dosis bertambah 12 mg per hari dosis tunggal selama 2
hari, deksamatason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
F. AKTIF
1.
Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan
oksitosin, bila gagal Sc dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap
6 jam maksimal 4 kali.
2.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis
tinggi dan persalinan di akhiri.
a.
Bila skor pelvik kurang dari 5, lakukan pematangan
serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan Sc.
b.
Bila skor pelvik lebih dari 5, induksi persalinan,
partus pervaginam.
G. PENATALAKSANAAN
KETUBAN
PECAH
|
LEBIH
DARI SAMADENGAN 37 MINGGU
|
||||
INFEKSI
|
TIDAK
ADA INFEKS
|
INFEKSI
|
TIDAK
ADA INFEKS
|
||
-
Berikan Penisilin, Gentamisin Dan Metronidazol
-
Lahirkan Bayi
|
Amoksilin + Eritromisin untuk 7
hari
Steroid untuk pematangan paru
|
Berikan Penisilin Gentanisin Dan Metronizadol
Lahirkan Bayi
|
Lahirkan Bayi Berikan
Penisilin atau Ampicilin
|
||
Anti
biotika setelah persalinan
|
|||||
Profilaksi
|
Infeksi
|
Tidak
ada infeks
|
|||
Stop antibiotika
|
Lanjutkan untuk 24-48 jam setelah
bebas panas
|
Tidak perlu antibiotic
|
|||
( SARWONO PRAWIROHARJO, 2001 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar