SINDROM NEFROTIK
A.
DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
Menurut kepustakaan sindrom nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur
3-4 tahun dengan perbandingan pasien wanita dan pria 1:2. Tetapi atas dasar
penelitian di RSCM Jakarta (I.G.N. Wila Wirya 1970-1979 dikemukakan pada tahun
1992 dalam desertasi gelar DR) pada umumnya mengenai anak umur 6-7 tahun (puncaknya
umur 7 tahun) dan perbandingan antara pria dan wanita 1,6:1. Penyakit SN
dijumpai pada anak umur 1 tahun (3 bulan) sampai umur 14 tahun.
B. Etiologi
Penyebab SN yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun, yaitusuatu reaksi antgen antibody. Umumnya etiologi
dibagi menjadi:
- SN bawaan
Diturunkan
sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap
suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan
ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien
meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
- SN sekunder
Disebabkan oleh:
§ Malaria quartana atau
parasit lainnya
§ Penyakit kolagen seperti
SLE, purpura anafilaktoid
§ Glomerulonefritis akut atau
glomerulonefritis kronik, trombosis vena renalis.
§ Bahan kimia seperti
trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air
raksa.
§ Amiloidosis, penyakit sel
sabit, hiperprolinemia, nefritis membraneproliferatif hipokomplementemik.
- SN idiopatik
Adalah SN yang
tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut SN primer. Berdasarkan
histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi
biasa dan mikroskop electron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu:
a. Kelainan
minimal
Dengan mikroskop biasa glomerulus tampak normal, sedangkan dengan
mikroskop electron tampak foot prosessus epitel berpadu. Dengan cara
imunofluoresensi ternyata terdapat IgG atau immunoglobulin beta-1C pada dinding
kapiler glomerulus. Golongan ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang
dewasa. Prognosis lebih baik daripada golongan lain.
b. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukkan penebalan dinding kapiler yang tersebar
tanpa proliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak. Prognosis kurang baik.
c.
Glomerulonefritis proliferatif:
·
Glomerulonefritis proliferatif eksudatif difus. Terdapat
proliferatif sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkakan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini sering
ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi dengan streptokokus yang
bgerjalan progresif dan pada SN. Prognosis jarang baik, tetapi kadang-kadang
terdapat penyembuhan dengan pengobatan yang lama.
·
Dengan penebalan batang lobular (lobular stalk tickening)
Terdapat proliferasi sel
mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.
·
Dengan bulan sabit
Didapatkan
proliferasi sel mesamngial dan sel epitel samapi kapsular dan visceral.
Prognosi buruk.
·
Glomerulonefritis membranoproliferatif
Prolifersi sel
mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membrane basalis di mesangium.
Titer globulin beta 1C atau beta 1A rendah. Pronosis tidak baik.
- Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sclerosis glomerulus. Sering disertai
atrofi tubulus. Prognosis buruk.
C. GAMBARAN KILINIK
Edema merupakan gejala klinik yang menonjol, kadang-kadang mencapai 40%
daripada berat badan dan didapatkan anasarka. Pasien sangat rentan terhadap
infeksi sdekunder. Selama beberapa minggu mungkin terdapat hematuria, azotemia
dan hipertensi ringan. Terdapat proteinuria terutama albumin (85-95%) sebanyak
10-15 gr/hari. Ini dapat ditentukan dengan urin Esbach. Selama edema masih
banyak biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi. Sedimen
dapat normal atau berupa torak hialin, granula, lipoid, terdapat pula sel darah
putih, dalam urin mungkin dapat pula ditemukan double reflatil bodies. Pda fase
non nefritis uji fungsi ginjal tetap normal atau meninggi. Dengan perubahan
yang progresif di glomerulus terdapat penurunan fungsi ginjal pada fase
nekrotik.
Kimia darah menunjukkan hipoalmuminemia. Kadar globulin normal atau
meninggi sehingga terdapat perbandingan albumin:globulin yang terbalik.
Didapatkan pula hiperkolesterolemia, kadar fibrinogen meninggi sedangkan kadar
ureum normal, anak dapat pula menderita anemia defisiensi besi karena
transferin banyak keluar dengan urin. Kadang-kadang didapatkan protein bound
iodine rendah tanpa adanya hipotiroid. Pada 10% kasus terdapat defisiensi
factor IX. Laju endap darah meninggi. Kadar kassium dalam darah sering rendah.
Pada keadaan lanjut kadang terdapat glukosuria tanpar hiperglikemia.
C. TANDA DAN GEJALA
1.
Edema
2.
Oliguria
3.
Tekanan Darah normal
4.
Proteinuria sedang samapi berat
5.
Hipoproteinemia dengan rasio albumin:globulin terbalik
6.
Hiperkolesterolemia
7.
Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
8.
Beta 1C globulin (C3) normal
D. PROGNOSIS
Terapi
antibakteri dapat mengurangi kematian akibat infeksi tetapi tidak berdaya
terhadap kelainan ginjal sehingga dapat terjadi gagal ginjal. Penyembuhan
klinik kadang-kadnag terdapat setelah mengobatan bertahun-tahun dengan
kortikisteroid.
E. KOMPLIKASI
Infeksi
sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan Streptococcus, Staphylococcus,
bronkopneumonia dan tuberculosis.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan:
- Istirahat samapi edema tinggal sedikit
- Diet protein tinggi sebanyak 2-3 g/kg/BB dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam sedikit.
- Mencegah infeksi
Harus diperiksa kemungkinan anak juga menderita tuberculosis.
- Diuretik
- Kortikosteroid
International Cooperative Studi of Kidney Disease in
Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sbb:
a.
Selama 28 hari prednisone diberikan peroral dengan dosis 60
mg/hr/luas permukaan badan (lbp) dengan dosis maksimum 80 mg/hr.
b.
Kemudian dilanjutkan dengan prednisone peroral selama 28 hari
dengan dosis 40 mg/hr/lbp, setiap 3 hari dalam 1 minggu dengan dosis maksimal
60 mg/hari. Bila terdapat respon selama b, maka pengobatan ini dilanjutkan secara
intermiten selama 4 minggu. Sekarang pengobatan dengan kortikosteroid tidak
selalu seperti uraian pada a+b, tetapi melihat respon pasien apakah terjadi
remisi/tidak dalam 4 minggu.
- Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi
- lain-lain. Pungsi Ascites, pungsi hidrothorak dilakukan bila ada indikasi vital. Jika ada gagal jantung diberikan digitalis.
Pemantauan:
©
Berat badan dan tekanan darah diukur setai hari
©
Air kemih ditampung setiap hari, diukur jumlah dan berat
jenisnya, pemeriksaan Esbach
©
Darah tepi: rutin diulang setiap minggu: KED waktu masuk dan
diulang setiap 2 minggu.
©
Esbach dilakukan waktu masuk dan diulang waktu remisi dicapai
©
Ureum dan kreatinin urin diperiksa setiap 3 hari klirens
©
Ureum dan kreatinin darah diperiksa setiap minggu, samapi
nilai normal.
©
Protein total, albumin, globulin, kolesterol diulang sebulan
sekali
©
Renogram bila perlu 2 kali; waktu masuk, diulang 3 minggu
kemudian waktu edema hilang
©
Uji PPD, Ro paru sebelum terapi kortikosteroid
Tatalaksana
Rawat Jalan:
Pemantauan:
1. Keadaan
klinis: Edema, tekanan darah, efek samping kortikosteroid
2. Air kemih:
protein
3. Darah:
protein total, albumin, globulin dan kolesterol
4. Pengobatan
(medikamentosa dan diet)
5. Kontrol
sebulan sekali, kec. Ada pertimbangan khusus
Penderita dinyatakan
sembuh bila:
- Edema hilang
- Proteinuria negative selama 3 hari berturut-turut dalam seminggu
- Kolesterol darah normal
- Protein total, albumin darah meningkat
KEPERAWATAN:
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah edema yang berat (anasarka),
diet, resiko terjadi komplikasi, pengawasan mengenai pengobatan dan kurangnya
penghetahuan orangtua mengenai penyakit pasien.
- Edema yang berat
Pasien SN dengan anasarka perlu istirahat di tempat
tidur karena keadaan edema yang beart menyebabkan pasien kehilangan
kemampuannya untuk bergerak. Selama Edema masih berat semua keperluan harus
ditolong di atas tempat tidur:
¯
Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan di
dalam rongga thorak akan menyebabkan pasien sesak.
¯
Berikan alas bantal pada kedua kaki samapi tumit
¯
Bila pasien laki-laki berikan bantal di bawah skotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung.
Untuk mengetahui
keadaan edema, berat badan pasien perlu ditimbang setiap hari dan dicatat pada
catatan khusus. Yang perlu dilakukan adalah pencatatan masukan dan keluaran
cairan selama 24 jam. Pasien juga dianjurkan untuk minum air putih. Jika urin
kurang dari 400cc minum dibatasi.
- Diet
Diet yang dianjurkan adalah protein 1,2-2,0 gr/kgBB/hr dan cukup kalori
yaitu 35 kcal/hr serta rendah garam (1g/hr). bentuk makanan disesuaikan dengan
keadaan pasien, dapat makanan biasa atau lunak. Jangan diberikan makanan yang
keras karena anak malas makan. Yang perlu diperhatikan adalah agar pasien
menghabiskan porsi yang disediakan. Jelaskan pada pasien bahwa makanan memang
kurang garam agar bengkak di tubuhnya hilang. Makanan disediakan dalam keadaan
hangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar