I. Pendahuluan
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung
sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari
seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik
Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan
sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi
fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan
jantung serta kegawatan yang ditimbulkan
akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk
mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
II.
Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel
kanan.
Komponen yang paling penting
dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis
pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
III. Etiologi
Pada
sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut
antara lain :
Faktor
endogen
·
Berbagai jenis
penyakit genetik : kelainan kromosom
·
Anak yang lahir
sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
·
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
Faktor
eksogen
·
Riwayat kehamilan
ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum
obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
·
Ibu
menderita penyakit infeksi : rubella
·
Pajanan
terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab
endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adaah multifaktor. Apapun
sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung
janin sudah selesai.
IV.
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya
peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi.
b.
Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran
darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
e.
Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
V. Web of causation/hubungan sebab akibat
VI.
Komplikasi
a.
Trombosis pulmonal
b.
CVA trombosis
c.
Abses otak
d.
Perdarahan
e.
Anemia relatif
VII.
Proses keperawatan
a.
Pengkajian keperawatan
1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai
dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang
mempengaruhi).
2.
Riwayat tumbuh
Biasanya anak
cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
3.
Riwayat psikososial/ perkembangan
3.1
Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
3.2
Mekanisme koping anak/ keluarga
3.3
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4.
Pemeriksaan fisik
4.1
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
4.2
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
4.3
Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic
spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
4.4
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
4.5
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras
didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
4.6
Bunyi
jantung I normal. Sedang bunyi jantung
II tunggal dan keras.
4.7
Bentuk
dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan
4.8
Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
5.
Pengetahuan anak
dan keluarga :
5.1
Pemahaman
tentang diagnosis.
5.2
Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
5.3
Regimen pengobatan
5.4
Rencana perawatan ke depan
5.5
Kesiapan dan kemauan untuk belajar
Tatalaksana pasien tetralogi fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi
serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke
paru bertambah
2. Morphine
sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4.
Oksigen
dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas
diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi
tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV
perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis
total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan
separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10
menit berikutnya.
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV
perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga
sedatif
7. penambahan volume cairan tubuh dengan
infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume
darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
- Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
- Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
- Hindari dehidrasi
b.
Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan,
kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria
hasil, dan intervensi keperawatan.
1. Gangguan pertukaran gas b.d
penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi
yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan
sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
4. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi ke jaringan
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
7. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan
klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
8. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d
peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis
Contoh rencana
keperawatan
1.
Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang
tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan
Anak
dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur
Tidak ada : dyspnea, napas
cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur
Pasien komposmentis
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua
ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik
Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi
1)
Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill
dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri,
duduk dan tiduran jika memungkinkan
2)
Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3)
Observasi adanya serangan sianotik
4)
Berikan
posisi knee-chest pada anak
5)
Observasi
adanya tanda-tanda penurunan sensori :
letargi,bingung dan disorientasi
6)
Monitor intake dan
output secara adekuat
7)
Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan
dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
8)
Sajikan
makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9)
Kolaborasi
dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia
10)
Kolaborasi
pemberian oksigen
11)
Kolaborasi
pemberian cairan tubuh melalui infus
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan:
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam
melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
Kriteria hasil :
·
Tanda vital normal sesuai umur
·
Anak
mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
·
Anak
mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
·
Fatiq dan kelemahan berkurang
·
Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan
nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak
beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap
aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik
bahwa aktivitas melebihi batas
6. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL
dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi
7. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan
anak.
3. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan
dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
·
Anak
menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
·
Peningkatan
toleransi makan.
·
Anak
dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
·
Hasil
lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
·
Mual
muntah tidak ada
·
Anemia
tidak ada.
Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa
diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2. Catat intake dan output secara akurat
3. Berikan makan sedikit tapi sering untuk
mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan
terapi bermain)
4. Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5. Berikan posisi jongkok bila terjadi
sianosis pada saat makan
6. gunakan dot yang lembut bagi bayi dan
berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
7. gunakan aliran oksigen untuk menurunkan
distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak
8. berikan formula yang mangandung kalori
tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
9. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi
pemeriksaan laboratorium
VIII.
Penutup
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan
pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk
kelansungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada
anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia ,
syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan
diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka
kesakitan dan kematian dapat ditekan.
IX.
Daftar Pustaka
1.
A.H
Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas
kedokteran UI
2.
Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan
Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
3.
Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi
8,Jakarta,EGC
4.
Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content
At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New York
5.
Doengoes,
Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3 EGC. Jakarta
6.
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
7.
Nelson,
1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8.
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik
Edisi II, Jakarta,EGC
9.
Samik Wahab,
1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah
Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia
10.
Sudigdo
& Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11.
Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming
Publishig Company,California
12.
Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric
Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN TETRALOGI FALLOT
I. Pendahuluan
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung
sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari
seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik
Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan
sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi
fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan
jantung serta kegawatan yang ditimbulkan
akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk
mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
II.
Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel
kanan.
Komponen yang paling penting
dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis
pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
III. Etiologi
Pada
sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut
antara lain :
Faktor
endogen
·
Berbagai jenis
penyakit genetik : kelainan kromosom
·
Anak yang lahir
sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
·
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
Faktor
eksogen
·
Riwayat kehamilan
ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum
obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
·
Ibu
menderita penyakit infeksi : rubella
·
Pajanan
terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab
endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adaah multifaktor. Apapun
sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung
janin sudah selesai.
IV.
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya
peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi.
b.
Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran
darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
e.
Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
V. Web of causation/hubungan sebab akibat
VI.
Komplikasi
a.
Trombosis pulmonal
b.
CVA trombosis
c.
Abses otak
d.
Perdarahan
e.
Anemia relatif
VII.
Proses keperawatan
a.
Pengkajian keperawatan
1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai
dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang
mempengaruhi).
2.
Riwayat tumbuh
Biasanya anak
cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
3.
Riwayat psikososial/ perkembangan
3.1
Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
3.2
Mekanisme koping anak/ keluarga
3.3
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4.
Pemeriksaan fisik
4.1
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
4.2
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
4.3
Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic
spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
4.4
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
4.5
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras
didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
4.6
Bunyi
jantung I normal. Sedang bunyi jantung
II tunggal dan keras.
4.7
Bentuk
dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan
4.8
Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
5.
Pengetahuan anak
dan keluarga :
5.1
Pemahaman
tentang diagnosis.
5.2
Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
5.3
Regimen pengobatan
5.4
Rencana perawatan ke depan
5.5
Kesiapan dan kemauan untuk belajar
Tatalaksana pasien tetralogi fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi
serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke
paru bertambah
2. Morphine
sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4.
Oksigen
dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas
diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi
tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV
perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis
total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan
separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10
menit berikutnya.
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV
perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga
sedatif
7. penambahan volume cairan tubuh dengan
infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume
darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
- Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
- Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
- Hindari dehidrasi
b.
Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan,
kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria
hasil, dan intervensi keperawatan.
1. Gangguan pertukaran gas b.d
penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi
yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan
sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
4. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi ke jaringan
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
7. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan
klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
8. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d
peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis
Contoh rencana
keperawatan
1.
Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang
tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan
Anak
dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur
Tidak ada : dyspnea, napas
cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur
Pasien komposmentis
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua
ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik
Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi
1)
Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill
dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri,
duduk dan tiduran jika memungkinkan
2)
Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3)
Observasi adanya serangan sianotik
4)
Berikan
posisi knee-chest pada anak
5)
Observasi
adanya tanda-tanda penurunan sensori :
letargi,bingung dan disorientasi
6)
Monitor intake dan
output secara adekuat
7)
Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan
dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
8)
Sajikan
makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9)
Kolaborasi
dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia
10)
Kolaborasi
pemberian oksigen
11)
Kolaborasi
pemberian cairan tubuh melalui infus
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan:
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam
melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
Kriteria hasil :
·
Tanda vital normal sesuai umur
·
Anak
mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
·
Anak
mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
·
Fatiq dan kelemahan berkurang
·
Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan
nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak
beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap
aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik
bahwa aktivitas melebihi batas
6. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL
dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi
7. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan
anak.
3. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan
dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
·
Anak
menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
·
Peningkatan
toleransi makan.
·
Anak
dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
·
Hasil
lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
·
Mual
muntah tidak ada
·
Anemia
tidak ada.
Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa
diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2. Catat intake dan output secara akurat
3. Berikan makan sedikit tapi sering untuk
mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan
terapi bermain)
4. Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5. Berikan posisi jongkok bila terjadi
sianosis pada saat makan
6. gunakan dot yang lembut bagi bayi dan
berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
7. gunakan aliran oksigen untuk menurunkan
distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak
8. berikan formula yang mangandung kalori
tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
9. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi
pemeriksaan laboratorium
VIII.
Penutup
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan
pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk
kelansungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada
anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia ,
syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan
diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka
kesakitan dan kematian dapat ditekan.
IX.
Daftar Pustaka
1.
A.H
Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas
kedokteran UI
2.
Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan
Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
3.
Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi
8,Jakarta,EGC
4.
Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content
At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New York
5.
Doengoes,
Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3 EGC. Jakarta
6.
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
7.
Nelson,
1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8.
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik
Edisi II, Jakarta,EGC
9.
Samik Wahab,
1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah
Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia
10.
Sudigdo
& Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11.
Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming
Publishig Company,California
12.
Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric
Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar