I. Definisi
ITP adalah suatu penyakit dengan manifestasi hematologis
berupa penurunan hitung atau jumlah trombosit meskipun terdapat cukup jumlah
megakariosit dalam sumsum tulang (jumlah normal >100X109/l).
Jumlah normal platelet adalah 150.000/mm3-450.000/mm3.
Penurunan jumlah platelet dapat mengakibatkan resiko terjadinya perdarahan.
Secara klinis biasanya ditandai dengan memar-memar dan seringkali terjadi
perdarahan, terutama pada kulit dan membrane mukosa.
II. Etiologi
Penyebab pastinya tidak diketahui/idiophatic.
Penyakit ini mungkin disebabkan mekanisme imun yang menghancurkan trombosit.
Antibodi trombosit dapat ditemukan pada pada beberapa kasus akut. Kenaikan
jumlah IgG telah ditemukan terikat pada trombosit dan menunjukkan komplek imun
yang terabsorbsi pada permukaan trombosit. Pada beberapa kasus (terutama
anak-anak) penyakit ini timbul terkait dengan sensitisasi oleh infeksi virus,
kira-kira 70% kasus ada penyakit yang mendahului seperti rubella, chickenpox,
measles, cytomegalovirus atau Epstein-Barr virus. Jarak waktu antara infeksi
dan awitan purpura rata-rata 2 minggu. Tidaka ada uji masa kini yang konsisten
dapat diandalkan untuk diagnosis serologic ITP.
III. Patofisiologi
ITP dapat akut maupun kronik. Penyebabnya
tidak diketahui secara pasti, khas terjadi 1-3 minggu sesuai dengan teori bahwa
agen virus merusak platelet. Dapat juga terjadi pasien mempunyai IgG terhadap
membrane glikoprotein platelet spesifik. Karena platelet diperlukan dalam
pembekuan darah, penurunan platelet menimbulkan peningkatan perdarahan.
Gambaran ITP yang khas adalah jumlah
trombosit dalam darah tepi berkurang dan megakariosit dalam sumsum tulang
normal atau meningkat. Limpa walaupun terjadi penghancuran trombosit
berlebihan, tidak mengalami perbesaran. Kalaupuna da splenomegali harus dicari
sebab-sebab lain dari trombositopeni selain ITP.
Ada 3
bentuk ITP yang menunjukkan gambaran klinis yang berbeda-beda. Yaitu:
1. Bentuk akut
Secara
klinis analog dengan anemia hemolitik akut autoimun jenis antibody dingin (cold
antibodies) yang terjadi sesudah pneumonia mikoplasma atau virus. ITP akut paling sering terjadi pada
anak-anak, 90% sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1 tahun.
- ITP kronis
Serupa
dengan anemia hemolitik akut autoimun jenis antibody panas (warm antibodies).
Pada kasus kronis 10%berasal dari ITP akut. Disebut ITP kronis apabila
trombositopeni berlangsung lebih dari 100 hari.
- kambuh-kambuhan, recurrent, jarang.
IV. Tanda dan Gejala
Gejala
Klinis
- Anamnesa
Ø Timbulnya
menifestasi perdarahan berupa bintik-bintik merah, bercak-bercak merah coklat
atau kebiru-biruan pada kulit dengan sebab tidak jelas. Seringa ada riwayat
demam atau ISpa lebih kurang 3 minggu sebelumnya.
Ø Epistaksis,
perdarahan gusi, subkonjungtiva, hematemeses dan hematuria jarang.
- Pemeriksaan fisik
- Petekie, ekimosis, hematoma biasanya ringan.
- Perdarahan gusi atau mukosa.
- Perdarahan alat dalam (lebih jarang): hematemesis, hematuria, perdarahan retina dan otak.
- Biasanya tidak ada (jarang): splenomegali dan hepatomegali
V. Pemeriksaan
- Hitung darah.
- Hitung trombosit dapat dibawah 50.000/mm3.
- waktu perdarahan
- Defisiensi trombosit dapat menyebabkan perpanjangan waktu perdarahan. Jika trombositopenia berat dapat menyebabkan retraksi bekuan darah menjadi kurang baik.
- Anemia normositik
- Anemia normositik mikrokromik (bila berlangsung lama)
- Leukosit normal, kecuali jika terjadi perdarahn heba, dapt terjadi leukoaitosis ringan dengan pergeseran ke kiri.
- Limfositosis dan leucopenia ringan (pada keadaan yang lama)
- Sumsum tulang memberikan gambaran yang normal
- Ditemukan hiperaktif ssstem eritopoetic bila terdapat perdarahan hebat
- Ditemuak eosinofil dalam jumlah banyak
- Menunjukkan bahwa prognosis penyakit baik
- Masa perdarahan memanjang
- Rumple-leede umumnya positif
- Masa pembekuan normal
- Retraksi abnormal abnormal
- Prothrombin Consumtion time memendek
V. Pengobatan
Prinsip
pengobatan untuk ITP adalah:
- Tranfusi konsentrat trombosit bila terdapat perdarahan dalam susunan saraf pusat
- Pemberian terapi kortikosteroid untuk mengurangi keparahan dan menyingkatkan lama sakit bpada fase awal dan tranfusi darh untuk mencapai remisi.
Kortikosteroid
berguna untuk menurunkan efek Ig pada platelet. Penggunaan dalam jangka waktu
yang panjang tidak dianjurkan karena dapat menurunkan status imun.
- Splenektomi
Indikasi dilakukan splnektomi adalah:
a. Karena
pasien resistenn terhadap pemberian kortikosteroid dan obat imnuosupresi selama
2-3 bulan dan tidak terdapat remisi/mengalami perbaikan.
b. Remisi
spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan
gambaran klinis sedang samapi berat.
c. Penderita
menunjukkan respon terhadap kortikosteroid tapi memerlukan dosis yang tinggi.
Kontraindikasi splenektomi adalah:
a. Jumlah
megakariosit dalam sumsum tulang menurun
b. Tidak
boleh diberikan pada anak dibawah 5 tahun
- Infus gamma globulin intravena (sandoglobin, Gamimun N) diikuti oleh kenaikan hitung trombosit yang bertahan.
- Jika splenektomi gagal, seperti pada trombositopenia kronik, maka terapi dengan azatioprin 3-6 mg/kgBB/hr dapat bermanfaat.
- Anti Rh0 (D)
- Radiasi Lien
- Cyclophosphamide
- Danazol, Interferon α
Empat yang disebut pertama merupakan terapi
primer. Penggunaan aspirin dan ibuprofen harus dicegah karena dapat
memperpanjang clotting time of blood.
Untuk
pengobatan berdasarkan tipe ITP adalah sebagai berikut:
- ITP akut
Termasuk isoimune neonatal thrombocytopenia,
karena IgG pada ibu masuk ke dalam darah neonatus lewat plasenta.
- Pada kasus ringan tidak memerlukan terapi khusus maupun obat.
Cukup
istirahat, hindari aktivitas yangberat, yang dapat mengakibatkan perdarahan
(lari-lari, main sepak bola, naik pohon, dsb).
- Untuk kasus dengan kemungkinan perdarahan berat:
Tranfusi darah segar, indikasi: anemia,
trombositopenia tidak terlalu berat.
Tranfusi trombosit, dengan indikasi:
- Trombosit <50.000/mm3.
- Perdarahan berat meskipun trombosit tidak terlalu rendah
- Manifestasi perdarahan masih berlangsung disertai sakit kepala atau tanda-tanda neurologik (kemungkinan perdarahan otak)
Prednison pada kasus yang berat
- ITP kronik
- Prednison mulai dosis tinggi, makin menurun dan selanjutnya dosis diberikan sekecil mungkinyang masih dapat mempertahankan jumlah trombosit dalam batas aman. Sering diperlukan samapi berbulan-bulan, dimulai dengan dosis 2-4 mg/kgBB/hr, makin menurun sesuai dengan perkembangan penyakit.
- Tranfusi bila perlu
- Obat imunosupresi pada kasus yang masih menunjukkan tanda perdarahan:
-azatriopin
2mg/kgBB/hr
-Siklofosfamid
-Vincristine
(VCR): 2mg/m2 badan, seminggu sekali samapi 4-6 minggu.
d.
Splenektomi bila 1 atau 2 tahun tidak mengalami perbaikan.
Prognosis:
Di
antara ITP akut, 80% akan membaik dalam 6 bulan, meskipun tanpa terapi, 10%
akan menjadi ITP kronik. 60% ITP kronik akan membaik dengan splenektomi.
VI. Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi pada penyakit ini adalah:
- Perdarahan hebat intrakranial
- Banyak kehilangan darah
Ini
terjadi karena sedikit platelet sehingga mudah berdarah jika terluka, dan
perdarahan berlangsung lama. Jika platelet sangat rendah dapat terjadi
perdarahan hidung yang susah dihentikan atau bahkan perdarahan intestinal.
- Efek samping kortikosteroid
Kortikosteroid
menekan sumsum tulang, sehingga terjadi gangguan fungsi sumsum tulang. Antara
lain: penurunan fungsi leukosit sehingga mudah terjadi infeksi, penurunan
eritrosit sehingga terjadi anemia.
- Infeksi pneumokokus jika pasien dilakukan splenektomi.
Diagnosa
Keperawatan yang mungkin muncul:
- PK: Anemia
- PK: Perdarahan
- Resiko Infeksi b.d penggunaan obat imunosupresi, splenektomi
- Defisit self care (toileting, bathing, personal hygiene) b.d kelemahan
- Gangguan integritas kulit b.d purpura, petekia
- Kurang pengetahuan tentang proses penyakit b.d kurang mengakses informasi kesehatan
No.
|
Diagnosa
|
Tujuan/KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Resiko infeksi b.d prosedur invasive,
splenektomi, obat imunosupresi
|
Pasien tidak mengalami infeksi
KH:
Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
-Klien mampu menjelaskan tanda&gejala
infeksi
|
1.
Mengobservasi&melaporkan tanda&gejal infeksi,
spt kemerahan, hangat, rabas dan peningkatan suhu badan
2.
mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan
jika temperature lebih dari 380C
3.
Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk
mengkaji suhu
4.
Catat&laporkan nilai laboratorium
5.
kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor
lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap perubahan
6.
Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada
protein untuk pembentukan system imun
|
Onset infeksi dengan system imun
diaktivasi&tanda infeksi muncul
Klien dengan netropeni tidak memproduksi
cukup respon inflamasi karena itu panas biasanya tanda&sering merupakan
satu-satunya tanda
Nilai suhu memiliki konsekuensi yang
penting terhadap pengobatan yang tepat
Nilai lab berkorelasi dgn riwayat
klien&pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan menyeluruh
Dapat mencegah kerusakan kulit, kulit yang
utuh merupakan pertahanan pertama terhadap mikroorganisme
Fungsi imun dipengaruhi oleh intake protein
|
2.
|
Defisit perawatan diri b.d kelemahan
|
Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan
diri
KH:
-Klien terbebas dari bau, dapat makan
sendiri, dan berpakaian sendiri
|
1.Observasi kemampuan klien untuk mandi,
berpakaian dan makan.
2.Bantu klien dalam posisi duduk, yakinkan
kepala dan bahu tegak selama makan dan 1 jam setelah makan
3.Hindari kelelahan sebelum makan, mandi
dan berpakaian
4.Dorong klien untuk tetap makan sedikit
tapi sering
|
Dengan menggunakan intervensi langsung
dapat menentukan intervensi yang tepat untuk klien
Posisi duduk membantu proses menelan dan
mencegah aspirasi
Konservasi energi meningkatkan toleransi
aktivitas dan peningkatan kemampuan perawatan diri
Untuk meningkatkan nafsu makan
|
3.
|
PK: Perdarahan
|
Tidak terjadi perdarahan
KH:
-Tidak ada tanda-tanda perdarahan pada
haluran urin
-Urin output ± 30 ml/jam
|
1. . Pantau:
-Tanda-tanda vital/4 jam
-Masukan dan haluran urin/8 jam
-warna urin
2. Beritahu dokter bila urin berwarna merah
terang/gelap
3.Pantau terhadap tanda dan gejala hemorage
dan laporkan dengan cepat:
|
Deteksi awal terhadap komplikasi dgn
intervensi awal yang tepat dapat mencegah kerusakan jaringan yang permanent
Normalnya haluran urin dalam 24 jam pertama
berwarna merah ceri terang secara bertahap menjadi merah terang dan jernih
dalam beberapa hari
Respon kompensasi terhadap penurunan volume
yang bersirkulasi meningkatkan oksigen darah dengan meningkatkan frekuensi
jantungdan pernapasan serta penurunan sirkuasi ekstremitas, ditandai dengan
perubahan perubahan nadi dan kulit dingin. Penurunan ke otak menyebabkan
perubahan status mental.
|
4.
|
Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses
informasi kesehatan
|
Pengetahuan klien meningkat
KH:
-Klien & keluarga memahami tentang
penyakit Stroke, perawatan dan pengobatan
|
1. Mengkaji kesiapan&kemampuan klien
untuk belajar
2. Mengkaji pengetahuan&ketrampilan
klien sebelumnya tentang penyakit&pengaruhnya terhadap keinginan belajar
3. Berikan materi yang paling penting pada
klien
4. Mengidentifikasi sumber dukungan
utama&perhatikan kemampuan klien untuk belajar & mendukung perubahan
perilaku yang diperlukan
5. Mengkaji keinginan keluarga untuk
mendukung perubahan perilaku klien
6. Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat
demonstrasi&menyebautkan kembali materi yang diajarkan
|
Proses belajar tergantung pada situasi
tertentu, interaksi social, nilai budaya dan lingkungan
Informasi baru diserap meallui asumsi dan
fakta sebelumnya dan bias mempengaruhi proses transformasi
Informasi akan lebih mengena apabila
dijelaskan dari konsep yang sederhana ke yang komplek
Dukungan keluarga diperlukan untuk
mendukung perubahan perilaku
|
5.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar