STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN CA BULI
A. PENGERTIAN
Ca Buli merupakan sel tradisional ( yang berarti bahwa
tumor tersebut berasal dari sel _ sel tradisional kandung kemih.
Dinding kandung kemih dilapisi oleh sel tradisional dan
sel skuamosa lebih dari 90 % kanker kandung kemih berasal dari sel tradisional
dan disebut sel transisional, sisanya adalah karsioma sel skuamosa.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak
diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki
beberapa factor resiko.
- Usia : resiko terjadi kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertumbuhan usia.
- Merokok : merupakan factor resiko yang utama.
- Lingkungan pekerjaan.
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk menderita kanker ini karena ditempat kerjanya ditemukan bahan – bahan
karsinogenik ( penyebab kanker ). Misal : pekerja industri karet, kimia, kit.
-
Infeksi : infeksi parasit
-
Pemakaian siklofoskimia / arsenic untuk mengobati
kanker
-
Ras : orang kulit putih memiliki 2 kali resiko besar
-
Pria : memiliki resiko 2 – 3 kali lebih besar
-
Riwayat keluarga.
C. MANIFESTASI KLINIK
- Hematuria : adanya darah dalam air kemih
- Rasa terbakar / rasa nyeri ketika berkemih
- Desakan untuk berkemih
- Sering berkemih.
D. PATOFISIOLOGI
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada
pasien berusia diatas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki – laki dari pada
wanita. Ada 2 bentuk kanker kanker kandung kemih yaitu bentuk superficial (
yang cenderung kambuh ) dan bentu infasif.
Sekitar 80% - 90% dan semua kanker kandung kemih
merupakan sel tradisional, yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel –
sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Faktor resiko untuk kanker kandung kemih mencakup
karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet bahan kulit,
tinta, cat, faktor resiko lainnya adalah infeksi bakteri kambuhan / kronis pada
saluran kemih 2 kali lebih banyak menyarang perokok dari pada yang bukan
perokok.
Disamping itu terdapat kemungkinan hubungan antara
kebiasaan minum kopi dan kanker kandung kemih. Skistosomiosis kronis ( infeksi
parasit yang mengiritasi kandung kemih ) factor resiko kanker yang tumbuh dari
kelenjar prostate, kolon serta rectum pada laki – laki dan dari traktus
ginekologis bawah pada wanita dapat bermetastasis ke kandung kemih.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi pembedahan meliputi peradaran dan infeksi
efek samping dari radiasi dapat menimbulkan strikture pada ureter, uretra /
kolon.komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan Urografi / IVP
- Pemindai CT
- Ultrasonografi ( USG )
- Sistoskopi
- Pemeriksaan bimanual dengan pembiusan
- Biopsi tumor dan mukosa
- Sitologi urine : untuk melihat adanya sel kanker
G. PENATALAKSANAAN
- Istirahat tirah baring sampai hematuri makroskopik hilang.
- Minum banyak untuk meningkatkan diuresis. Bila
penderita dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada repture buli – buli.
- Bila hematuri berat dan menetap sampai 5 – 6 hari
pasca trauma, buat sistegram untuk mencari penyabab lain.
- Obat – obatan
Anti biotic : Ampisilin 4 x 250 – 500 mg / hari per oral
Hemastotik : Adona AC – 17 per oral
- Kemoterapi
Dengan menggunakan kombinasi metotreksat, doxorubisin cisplatin 9 M – VAC
) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi percid Karsioma sel tradisional
kandung kemih pada penderita
- Kemoterapi Topikal
Pemberian madikasi dengan konsentrasi yang tinggi ( thiotepa,
doxorubisin, mitomisin untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
- Radiasi tumor
Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi neoplasma dan
viabilitas sel – sel tumor sehingga kemungkinan kambuhnya kanker tersebut di
daerah sekitarnya.
- Sistektomi sederhana 9 pengangkatan kandung kemih
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invesif / multifokal.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat
- Gejala : merasa kesulitan aktifitas karena nyeri
dan ketegangan otot dinding perut bawah
- Tanda : gangguan tanus otot dinding perut bawah
b. Sirkulasi
- Gejala : adanya faktur tulang punggung dapat menimbulkan kontusia.
- Tanda : memar pada dinding buli – buli dengan
hematuria tanpa ekstravasasi urin
c. Integritas Ego
- Gejala : stress
- Tanda : ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
- Gejala : perubahan pola berkemih ( distensi kandung kemih berlelah )
- Tanda : hematuria, poliuria.
e. Makan / Cairan
- Gejala : hilang nafsu makan
- Tanda : distensi abdomen
f. Neurosensori
- Gejala : sakit / nyeri pada kandung kemih
g. Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : abdomen yang tegang nyeri
- Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati
h. Pernafasan
- Gejala : merokok ( factor resiko )
i. Keamanan
- Gejala : > Motorik / sensorik
> Perubahan,
persepsi terhadap orientasi
j. Sexsualitas
- Gejala : Rabas vaginal ( cenderung infeksi )
k. Penyuluhan / pembelajaran
- Gejala : mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja
seperti bahan pengawet, pewarna, karet pewarna
kulit, kebiasaan merokok dan minum kopi.
2. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas
kulit B/d pembiakan saluran luar
Abdominal untuk urine.
2. Resiko infeksi B/d pembedahan untuk eliminasi urine
3. Kurang pengetahuan B/d kemoterapi dan imunoterapi
4. Gangguan citra TBH b/d di versi urinorius
Intervensi
- Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit b/d pembuatan saluran luar abdominal untuk urine.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 X 24 jam dengan
KH :
berpartisipasi dalam aktifitas yang b/d perawatan cistostomi.
Intervensi
- Pasang alat cistostomi dc yang tepat ukuran
R : Mencegah iritasi pada kulit daerah sekitar
cistostomi
- Bantu pasien melakukan perawatan cistostomi secara
mandiri
R : Mengembangkan teknik yang benar
- Pantau proses penyembuhan luka insisi pada sistotomi
R : mengembangkan intervensi diri terhadap kemungkinan
komplikasi.
- Anjurkan k/ mengunjungi seseorang yang telah
mengalami sistotomi.
R : Menurunkan ansietas dan ketakutan terhadap
kemampuan beradaptasi.
.
2. Resiko infaksi b/d pembadahan
untuk eliminasi urine.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam diharapkan dengan
KH : Tidak ada infeksi pada
saluran kemih
Intervensi
-
Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan
R : Mencegah tranmisi organisme
- Pertahankan intake cairan adekuat
R : Meningkatkan aliran urine
- Ajarkan klien mencuci tangan
R : Memberikan informasi tentang personal hygiene
- Ajarkan klien tentang gejala dan tanda infeksi serta
anjurkan untuk melaporkannya.
R : Memberikan info untuk meningkatkan kepatuhan.
- Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan
kantong untuk mencegah refluks.
R : Dapat mencegah infeksi
3. Kurang pengetahuan b/d
kemoterapi dan imunoterapi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam
diharapkan :
KH : K/ mengungkapkan jadwal
pengobatan dan tujuannya
Intervensi
-
Ajarkan klien dan keluarga prosedur dan tujuan terapi.
R : Meningkatkan pemahaman dan meneruskan ansietas
- Gunakan teknik steril dalam kateterisasi
R : Mencegah infeksi
- Instruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa
jam.
R : memberikan kontak yang besar dari obat dengan
permukaan kandung kemih
- Instruksikan klien untuk toileting dengan hati –
hati.
R : Mencegah pada kemoterapi dan imunoterapi yang
dikeluarkan melalui urine.
4. Gangguan citra tubuh b/d
diversi urinarius
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam
Diharapkan
KH : Citra diri meningkat,
terpelihara dan terjaga.
Intervensi
- Anjurkan k/ untuk mengungkapkan perasaan mengenai
ostomi Ca kandung kemih dan dampak yang diharapkan pada gaya hidup.
R : Meningkatkan integritasi dari perubahan kedalam gaya tbh.
- Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius
dan efeknya, identitas sexsual, hubungan dan citra diri.
R : sebagai data untuk merumuskan rencana askep.
- Bantu untuk memisahkan penampilan fisik dan perasaan kesehatan.
R : Meningkatkan citra diri
- Beri kesempatan untuk berduka atas kehilangan
R : memberi waktu untuk
mengatasi kehilangan
- Ijinkan klien untuk ventilasi emosi seperti marah dan rasa bersalah
R : Meningkatkan keeping
- Pantau apakah klien dapat melihat astominya
R : Ketidak mampuan memandang astominya mengindikasikan kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Barbara Engram.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG
-
Doengoes. 2001. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : ECG
-
Palce. 1995. Patofisiologi
Proses – Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : ECG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar