Rabu, 13 Juni 2012

Bronckiolitis pada anak


BRONCKIOLITIS
A.  Batasan
Bronckiolitis adalah suatu penyakit pernafasan yang umumnya terjadi akut dan ditandai oleh terjadinya “respiratory distress” dan “over distensi” paru akibat terjadinya obstruksi bronchioli yang luas.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak dibawah usia 2 tahun, terutama sekitar usia 2-6 bulan.

B.  Etiologi
Penyebab terbanyak diduga karena virus, terutama respiratory syncytial virus (RSV), yaitu sekitar 60-70%. Virus lain yang dapat menyebabkan bronchiolitis yaitu adenovirus, influenza dan parainfluenza virus, rhinovirus, herpes virus, enterovirus dan lain-lain. Kemungkinan penyebab primer selain virus masih diragukan.

C.  Patofisiologi
Infeksi oleh virus berturut-turut menyebabkan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut bagian atas (ISPA-A) dengan gejala coryza dan batuk, kemudian setelah menimbulkan kelainan yang ringan pada bronchus akhirnya menyebabkan infeksi pada bronchioli. Kelainan terjadi diduga disebabkan oleh peristiwa alergi (reaksi antigen-antibodi dengan RSV sebagai antigen) disamping oleh karena infeksi virus sendiri. Kelainan terjadi sering bersifat ringan atau berat. Pada kelainan yang ringan hanya terjadi oedema, infiltrasi sel, dan eksudai yang ringan yang pada umunya  hanya mengakibatkan obstruksi partikel terbatas.
Pada kelainan berat, disamping pada kelainan diatas terjadi pula nekrosis mukosa yang mengakibatkan lebih banyak obstruksi total yang meliputi  daerah yang lebih luas. Disamping itu nekrosa yang terjadi mengakibatkan pula daya tahan lokat saluran pernafasan menurun yang selanjutnya sangat memudahkan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang selanjutnya lagi mengakibatkan pembentukkan sekresi yang meningkat.
Berbagai kelainan ini akhirnya dapat mengakibatkan hipoksmia tanpa ataunpun dengan hiperkarbia. Apabila tidak terjadi perbaikkan maka anak akan jatuh kedalam kegagalan pernafasan.


D.  Gejala Klinik
1.   Gejala Awal
Gejala dari ISPA-A: bersin-bersin dengan sekret hidung yang jernih, demam ringan, rewel dan nafsu menurun.

2.   Gejala respiratory distress
Anak-anak tiba-tiba menjadi sangat sesak dengan batuk yang iritatif, repetitive, paroksismal, disertai anak yang rewel, sulit tidur, sulit makan dan minum, gelisah seperti ketakutan.

3.   Gejala perbaikkan
Setelah massa kristis terlampaui, maka berangsur-angsur gejala berkurang menuju kearah penyembuhan.

E.  Gejala Fisik
Pada pemeriksaan fisik anak kelihatan sesak dengan nafas cuping hidung, gelisah, tampak sianosis dan pucat. Pada usia yang sangat muda, tidak jarang terjadi serangan-serangan apnoe. Disamping itu terdapat retraksi dinding toraks yang hebat, disertai overdistensi toraks (barrel shaped). Pada inspirasi terdengar ronchi basah yang halus dan nyaring, dan pada ekspirasi terdengar ‘wheezing’ dan suara nafas memanjang. Toraks pada perkusi terdengar hipersonor. Diameter antero-posteor bertambah. Diagfragma menjadi rendah dan mendorong hepar serta lien hingga lebih mudah diraba. Redup jantung dan hepar mengecil.

F.   Diagnosis
Diagnosis bronkhiolitis dapat ditegakkan berdasarkan:
1.   Gejala Klinik
2.   Gejala Fisik
3.   Gajala laboratorium
Tidak ada yang spefisik. Jumlah leokosit biasanya normal atau sedikit meningkat. Tidak terdapat neutropenia seperti pemyakit virus lainnya.
4.   Hasil pemeriksaan radiologis
Sebaiknya dikerjakan foto lateral, disamping foto antero-posterior. Dari hasil pemeriksaan radiologis dapat dilihat: diameter antero-posterior thoraks melebar, diagfragma menurun, serta adanya bayangan udara didepan jantung. Kadang-kadang dapat juga terlihat gambaran atelektasis, kolaps lobuler, infiltrat dan garis-garis linier dari bronchioli yang melebar.
5.   Lain-lain
Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan terhadap RSV sulit, karena itu umunya tidak dilakukan pada pemeriksaan rutin. Pemeriksaan virus dapat dilakukan dengan teknik imnofluoresensi kalau mungkin perlu dilakukan pemeriksaan gas darah PaO2 dan PaCO2 untuk mengevaluasi beratnya keadaan.

G.  Diagnosis Banding
1.   Asma Bronkhiale
Biasanya pada anak yang lebih besar. Bila terjadi pada anak dibawah 2 tahun, untuk membedakannya sulit. Pada amnesis keluarga sering dapat ditemukan adanya penyakit alergi seperti asma atau penyakit atopic lainnya. Disamping itu asma lebih sering berulang, sering mulai lebih akut, ekspirasi sangat memanjang dan terdapat adanya eosinofilia. Reaksi terhadap epinefrin dan bronkhodilatator umumnya nyata.

2.   Brokhoneumonia
Seing sulit. Anak lebih tampak toksis dengan demam tinggi dan lekositosis. Pada perkusi dijumpai gejala konsolidasi.

PENYULIT
1.   Gejala gagal pernafasan dengan gejala anak: anak lemas, respon terhadap rangsangan tidak ada, “mottling” pada ekstreminitas, nadi cepat dan lemah, kadang-kadang terdapat bradikardia, tejadi pada 1-2% penderita.
2.   Dehidrasi, yang disebabkan oleh intake cairan yang kurang, kehilangan cairan yang meningkat akibat hiperventilasi dan demam.
3.   Infeksi sekunder oleh bakteri: otitis media, pneumonia. Pada penyulit pneumonia, demam semakin tinggi, terjadi lekositosis, dan gambaran radiologis memburuk.

H.  Pengobatan
1.   Bronchiolitis ringan
Gejala: terdapat “wheezing” tanpa pernafasan cepat (kurang dari 50 kali permenit), tidak terdapat sianosis dan anak masih dapat minum. Dalam hal ini anak tidak perlu dirawat, tidak perlu diberi antibotika. Sarankan anak terus di beri ASI, cukup minum dan makan, cepat kembali bila keadaan memburuk. Dapat di beri salbutamol per oral bila anak berusia lebih dari 1 tahun dengan  dosis 1 mg, 3 kali sehari.

2.   Bronchiolitis sedang
Gejala: terdapat ‘wheezing’, pernafasan cepat (antara 50-70 kali/ menit), tidak terdapat sianosis dan anak masih dapat minum. Berikan antibiotika palang sedikit untuk 5 hari.
Antibiotika yang dapat diberikan, salah satu dari:
-      Procain penicillin  : 50.000 unit/kg.bb.,i.m., 1X sehari
-      Amoksilin               : 15 mg/kg.bb.,i.m., oral tiap 6 jam
-      Ampisilin                : 25 mg/kg.bb.,i.m., oral tiap 6 jam
-      Cotrimoxazole       : 4 mg (TMP)/kg.bb., oral tiap 12 jam

3.   Bronchiolitis berat
Gejala terdapat: “wheezing” dengan pernafasan sangat cepat (lebih dari 70 kali/menit), tidak terdapat sianosis dan anak masih dapat minum. Pada keadaan ini anak harus dirawat, jalan nafas dijaga agar tetap bebas, berikan oksigen dengan kecepatan 1 liter/menit.
Berikan benzylpenicillin dengan dosis 50.000 unit/kg.b.,i.m.,tiap 6 jam.
4.   Bronchiolitis sangat berat
Gejala: terdapat ‘wheezing’ dan sianosis, atau anak tidak dapat minum. Anak harus dirawat di rumah sakit, bersihkan jalan nafas dengan hati-hati. Bila perlu beri oksigen dengan kecepatan 1 liter/menit. Berikan chloramfenikol 25 mg/kg.bb.,i.m., tiap 6 jam, dan salbutamol bila anak berusia lebih dari 12 bulan, per oral dengan dosis 1 mg.,  kali sehari atau dengan nebulizer dengan dosis 0,1 mg/dosis tiap 4 jam.
Tidak dianjurkan memberikan cairan intra vena kecuali jika anak jah kedalam syok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar